Kamis, 11 November 2010

cara berpikir laki-laki dan perempuan ... emang beda !!!!

Akhir-akhir ini banyak dilakukan seminar gender yang dibiayai oleh
lembaga internasional. Topik gender itu merupakan topik menarik karena
berhubungan dengan kehidupan manusia sendiri. Agar pemahaman tentang
hubungan lelaki-perempuan bisa dipandang secara proporsional, tulisan
ini memberikan informasi ilmiah tentang perbedaan itu. Terutama
perbedaan dalam struktur otak yang menghasilkan perbedaan dalam cara
dan gaya berpikir dan bertingkah laku.
Perempuan juga tidak usah kecewa atau kaget ketika ia begitu 'lihai'
membahasakan emosi dengan tutur kata yang begitu lancar. Walaupun
bukan seorang diplomat ulung atau ahli pidato perempuan begitu piawai
menceritakan apa yang ia rasakan. Lika-liku mampu diuraikannya dengan
rinci, dengan bahasa yang mudah dipahami. Tidak seperti kaum lelaki
yang hemat dan pelit dengan kata-kata.

STRUKTUR OTAK
Perempuan dan laki-laki memang berbeda. Ada tiga hal yang membedakan
mereka; 1) struktur fisik, 2) organ reproduksi, dan 3) cara berpikir
(tapi bukan level of intelligence!). Perbedaan dalam cara berpikir,
rupa-rupanya, memiliki argumentasi biologis. Struktur otak dan
pengaruh hormonal ditunjuk sebagai penyebab perbedaan tersebut.

Pemilihan peran, misalnya perempuan cenderung lebih suka pada peranan
domestik, sementara lelaki pada peranan publik, ternyata didukung oleh
struktur otak yang berbeda tersebut. Termasuk dalam urusan seks.
Perempuan lebih 'pemalu', lelaki justru lebih agresif.

Sandra Witelson (1982 dan 1985), dalam penelitiannya pada sembilan
otak pria dan lima otak wanita, menemukan bahwa otak perempuan itu,
secara keseluruhan, lebih kecil dari otak lelaki. Ia menyebut Corpus
Calosum (jembatan saraf antara dua belahan otak), terutama isthmus,
dan splenium sebagai komponen yang cenderung lebih besar pada
perempuan. Bagian-bagian ini bertanggung jawab dalam hubungan antar
belahan otak. Menjamin ketetapan dan kecepatan pertukaran informasi
antarbelahan otak. Ukuran ini yang membuat perempuan dapat
mendaya-gunakan dua belahan otaknya secara lebih mudah. Termasuk
membahasakan emosinya dengan bahasa yang lugas dan lancar.

Selain 'jembatan' belahan otak itu, hipotalamus, dan lobus parietal
(pelipis) bawah termasuk bagian otak yang berbeda dengan lelaki.
Bagian otak di pelipis bawah lelaki lebih besar daripada perempuan.
Bagian ini bertanggung jawab untuk pengenalan ruang tiga dimensi.
Lelaki lebih mudah membayangkan dalam otaknya (mental image) suatu
benda atau tempat dibanding perempuan.

Penemuan ini sangat berharga terutama ketika orang berbicara tentang
gender dan repositioning hubungan lelaki dan perempuan. Karena
ternyata ada konstruksi-konstruksi biologis (tentu, selain konstruksi
sosial) yang membentuk jalinan hubungan itu. Selain konstruksi
alat-alat keperempuanan untuk hamil, melahirkan dan menyusui ternyata
konstruksi otak juga menampakkan perbedaan. Namun, perlu dicatat bahwa
konstruksi otak sama sekali tidak berhubungan dengan tingkat
kecerdasan. Konstruksi otak itu lebih banyak berhubungan dengan cara
atau gaya berpikir dan bekerja.
Konstruksi itu tidak lantas berarti bahwa satu jenis kelamin lebih
cerdas dibanding dengan jenis kelamin lain. Tidak juga berarti bahwa
perempuan atau lelaki memang sama dalam menanggaapi sesuatu atau
berbuat sesuatu. Tetapi bahwa konstruksi itu mempengaruhi cara
bersikap memang faktual dan memiliki landasan ilmiah.

Perbedaan-perbedaan itu - meminjam teori keseimbangan dalam Taosime -
membuat keduanya menjadi lengkap. Kombinasi dua style berpikir, dan
perbedaan kedalaman emosional, membuat dua mahkluk itu menjadi
istimewa bila bekerja bersama. Perbedaan perempuan dan lelaki,
meminjam istilah Erich Fromm, adalah dikotomi eksistensial. Perbedaan
itu, laiknya siang-malam, hitam-putih, baik-jelek atau tinggi-rendah.
Mereka tidak mungkin disamakan, atau disatukan, karena memang berbeda.

BUKAN TINGKAT KECERDASAN
Perbedaan otak - baik struktur maupun cara kerja - tidak menunjukkan
tingkat kecerdasan. Beberapa komponen otak memang lebih besar pada
perempuan, seperti corpus calosum (bagian belakangnya bernama splenium
memang lebih tebal dan banyak serabut sarafnya), atau pusat pengaturan
bahasa yang lebih tersebar pada dua belahan otak, tidak berhubungan
langsung dengan tingkat kecerdasan.

Perbedaan-perbedaan itu hanyalah perbedaan 'memilih jalan' atau cara
dan gaya ketika melakukan sesuatu. Lelaki, sebagai contoh saja, lebih
suka mengikuti petunjuk peta, dan membayangkan dalam otaknya, di mana
rumah kawannya. Sementara perempuan lebih suka langsung menyusuri
jalan - lebih bagus bila ada guide-nya - tanpa perlu membayangkan
dalam imajinya. Perbedaan itu mirip ketika dua orang melahap seekor
ikan mas bakar. Yang satu lebih suka memulai dari kepalanya sementara
yang satu lagi suka memulai dari ekornya.


BONEKA DAN MOBIL
Letakkan sebuah boneka dan mobil, lalu suruhlah anak perempuan dan
lelaki mengambilnya. Pasti! Si perempuan memilih boneka, si lelaki
memilih mobil. Mengapa?
Mellisa Hines, dari University of California di San Diego, menyatakan
bahwa memang sudah 'dari sono'-nya perempuan dan lelaki itu berbeda.
Mereka diperbedakan, atau sengaja dibuat berbeda, sejak masih berada
dalam kandungan. Bahkan, ketika masih berbentuk sel-sel kecil dalam
kandungan perempuan. Kesimpulan itu didapat Mellisa dari penelitiannya
pada perilaku anak-anak usia 2½ hingga 8 tahun. Ternyata, demikian
Mellisa, tanpa diberikan pengarahan atau pendidikan apapun juga, di
perempuan cenderung suka boneka dan alat dapur, sementara si lelaki
memilih mobil-mobilan.
Perbedaan itu terjadi karena faktor genetika memang 'diciptakan'
sedemikian rupa. Beberapa peneliti menemukan bahwa hormon tertentu
mempengaruhi perkembangan komponen otak, yang gilirannya nanti,
mempengaruhi perilaku perempuan dan laki-laki. 'Hormon sex', demikian
mereka menyebutnya, mempengaruhi perkembangan otak pada awal-awal
kehidupan si janin. Gonad, komponen paling awal dari penentuan jenis
kelamin itu, berperanan sangat penting dalam perkembangan jenis
kelamin.

EKSPRESI EMOSI
Simon LeVay (1994) menguatkan penemuan Witelson di atas. Ia menemukan
bahwa memang betul Corpus Calosum perempuan relatif lebih besar
daripada lelaki. Demikian juga dengan komponen yang disebut commissura
anterior (penghubung belahan otak, yang secara evolutif, lebih
'primitif dan berhubungan dengan area ketidak-sadaran di belahan
otak). Keberadaan dua komponen ini yang dapat menerangkan mengapa
ekspresi-ekspresi emosional perempuan lebih dalam dan ekspresif
dibanding laki-laki. Perempuan juga, dalam beberapa kasus, lebih dapat
membahasakan, atau menceritakan, apa yang ia rasakan (status emosi).
Ia dapat menata kata dan kalimatnya secara teratur, memilih jenis kata
(aspek linguistik) yang dapat melukiskan perasaannya, dan memilih
intonasi dan aksentuasi tertentu yang mendukung emosinya (aspek
paralinguistik).
Mengapa demikian? Karena perpindahan informasi dari belahan kanan ke
belahan kiri (sehingga emosi dapat diceritakan dalam kata dan kalimat)
berlangsung lebih baik pada perempuan dibanding laki-laki.
Rupa-rupanya, karena corpus calosum lebih banyak serabutnya, sehingga
perpindahan informasi dapat lebih baik.

Untuk pertama kalinya, Corpus Calosum itu membuktikan bahwa
'ceriwis'nya perempuan, terutama dalam menguraikan apa yang rasakan,
memiliki argumentasi ilmiah.
AGRESIVITAS

Kebanyakan kriminalis adalah kaum lelaki. Kebanyakan perangkai bunga
adalah kaum perempuan. Ini bukan sebuah lelucon tanpa dasar. Richard
Haier, guru besar saraf dari Universitas California di Irvine,
berhasil membuktikan bahwa kenyataan itu punya dasar ilmiah.
Haier menemukan kenyataan bahwa ketika menganggur, aktivitas otak kaum
lelaki lebih banyak terjadi pada daerah lymbic temporal. Daerah ini
adalah pengatur emosi yang berhubungan dengan aksi motorik,
teristimewa perilaku 'yang suka memukul jika sedang marah'. Lelaki
yang beringas, apalagi ketika marah dengan emosi tak terkontrol, akan
disalurkan melalui pukulan tangan, tendangan kaki, dan makian. Bila ia
memegang senjata atau pisau, maka hampir pasti, seseorang yang di
hadapannya akan cedera dan luka-luka. Tidak usah heran, daerah lymbic
temporal itu adalah sisa dari otak reptil, ketika mengalami proses
evolusi. Sangat menarik, karena istilah "buaya darat" (buaya adalah
salah satu jenis reptil) lebih kerap dipakai untuk menunjuk para
lelaki, yang hidungnya 'belang-belang'.
Sebaliknya pada perempuan. Saat istirahat, aktivitas otak lebih banyak
terjadi pada cyngulata gyrus. Daerah ini - yang dalam evolusi
merupakan turunan otak mamalia sebenarnya - bertanggung jawab dalam
mengontrol ekspresi emosi. Ketika marah, seorang perempuan cenderung
membelalakan matanya, ketimbang memukul, menendang atau memaki.
Rupa-rupanya, perempuan lebih bisa mengontrol emosinya daripada para
lelaki. Dalam beberapa kasus, perempuan lebih suka memendam emosi
ketimbang menumpahkannya. Dalam kasus penyakit jiwa, perempuan lebih
sering menderita syndroma depresif. Ia depresi karena memendam
perasaannya.
Ketika sedih, otak perempuan lebih reaktif ketimbang otak lelaki.
Bagian tertentu di otak perempuan - namanya lymbic system - bekerja 8
kali lebih keras. Akibatnya, perempuan sangat terganggu dengan
kesedihan yang dialami. Keadaan itu memberikan pengaruh yang sangat
besar padanya. Sebaliknya, dalam ekspresi bahagia, tidak ada perbedaan
antara lelaki dan perempuan. Dr Mark George, ahli saraf dari National
Institute of Mental Health, yang melakukan penelitian itu menemukan
bahwa dalam hal kegembiraan, pengaturannya tersebar dalam banyak
tempat. Terutama di dalam dan di sekitar lymbic system. Penemuan ini
berhasil menguakkan pertanyaan lama yang terpendam, mengapa orang bisa
gembira sekaligus sedih, pada saat yang sama.
Lymbic system itu memang berperanan penting dalam pengaturan emosi.
Bersama dengan sebuah komponen di dekatnya, amygdala, emosi manusia
diatur. Kecerdasan emosi (emotional intelligence), yang sekarang
diketahui sebagai salah satu kunci sukses kehidupan, merupakan fungsi
dari dua komponen otak ini. Seorang perempuan - yang memang sudah
given memiliki kemampuan kontrol emosi yang lebih baik dari lelaki -
akan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar dari lelaki.
Dengan catatan, ia dapat mengelola kecerdasan emosinya itu.

PENGENALAN RUANG (SPASIAL)
Dalam membayangkan (mental image) posisi atau gerakan, lelaki lebih
unggul dari perempuan. Lelaki - hanya dengan pembayangan di dalam
pikirannya - dapat melukiskan posisi dan gerakan sebuah benda tiga
dimensi. Ketika menyusuri jalan, mencari rumah seorang kawan,
perempuan cenderung mengandalkan pancainderanya. Ia akan mengenali
rumah di pojok jalan, pepohonan di pinggir jalan atau tanda lalulintas
yang mencolok. Lelaki, lebih suka membayangkan dalam benaknya di mana
posisi rumah itu. Mungkin ia akan berjalan 100 meter ke arah utara,
lalu 200 meter ke arah barat. Keterampilan spasial ini berkembang baik
pada kaum lelaki.

Lobus parietal bawah adalah penanggung jawab pengenalan spasial itu.
Dan pada lelaki, ukurannya kira-kira 6 prosen lebih besar dibanding
perempuan. Daerah itu mengatur 'kemampuan visuo-spasial' dan sangat
perlu untuk tugas-tugas matematika dan arsitektur. Walaupun,
sebagaimana hasil penelitian Melissa Frederikse dari University of
Medicine and Dentistry in Newark, tidak ada hubungan antara besarnya
lobus ini dengan kepintaran atau kemampuan kognitif. Betapa pun, dalam
kemampuan pengenalan ruang lelaki lebih unggul dari perempuan, tetapi
itu bukan dasar bagi perbedaan kecerdasan. Dari analisa Melissa pada
15 orang perempuan dan 15 orang lelaki, ditemukan lobus itu 6 persen
lebih besar pada lelaki. Sementara, perempuan lebih asimetri antara
lobus kiri dan kanan.

PENUAAN
Dalam proses penuaan, jaringan otak lelaki - terutama pada lobus
temporal (di sekitar telinga) dan frontal (di belakang dahi) - lebih
dulu hilang dan memberi efek dramatis pada pola pikir kaum lelaki.
Ketika sel-sel saraf di daerah ini hilang, lelaki juga kehilangan
kepekaannya. Perasaannya, seperti syair sebuah lagu, menjadi 'tumpul'.
Pikirannya menjadi lamban dan tidak kreatif. Kedua bagian otak yang
hilang ini memang bertanggung jawab dalam kegiatan berpikir dan
pengaturan perasaan.
Pada perempuan, sel-sel lobus parietal dan hipokampus lebih cepat
hilang ketika mereka menjadi tua. Saat-saat seperti itu perempuan akan
banyak kehilangan memori dan kemampuan mengenal ruang (spasial).
Ketika usia tua menjelang, perempuan akan sulit mengingat
tempat-tempat yang dulu ia kunjungi. Ia juga mungkin lupa pada posisi
rumahnya, tempat tidurnya, dapurnya, apalagi di mana perhiasan emas
miliknya disimpan.

KETERAMPILAN MOTORIK
Ambil sebuah anak panah, bidiklah tepat pada papan sasarannya. Atau,
tangkaplah sebuah bola kecil yang dilemparkan! Dalam pekerjaan seperti
itu, yang butuh keterampilan motorik tertentu, lelaki lebih unggul
dari perempuan. Namun, dalam keterampilan motorik yang berkenan dengan
ketelitian perempuan cenderung lebih bagus dari lelaki. Misalnya, jika
disuruh memasukkan sebuah jarum dengan jari ke dalam sebuah lubang
kecil, maka perempuan lebih terampil dibanding lelaki.
Perbedaan yang dikontrol oleh kulit otak ini memberi pengaruh dalam
pilihan pekerjaan.

KESEIMBANGAN
Semua yang diuraikan di atas itu ingin memberi satu hal saja; bahwa
memang lelaki dan perempuan itu berbeda. Perjuangan para feminis,
dengan kesetaraan gender dan emansipasi dalam kehidupan sehari, akan
memiliki implikasi besar bila disadari adanya perbedaan itu. Pemaksaan
pekerjaan, cara berpikir atau pun gaya dalam memimpin, merupakan
kekeliruan besar. Sama halnya dengan memaksa perempuan untuk menyukai
permainan mobil-mobilan atau memanjat tebing.
Satu hal yang perlu dicatat, bahwa betapa pun riset-riset otak
menemukan titik perbedaan itu, perbedaan itu sendiri tetaplah sebuah
'gua' yang gelap. Salah satu isi 'gua' itu adalah meminjam kata-kata
ahli pembuluh darah, ahli filsafat dan pemenang nobel, Alexis Carrel -
manusia adalah misteri (Man as Unknown). Sekalipun para ahli yang
terlibat dalam Human Genome Project berhasil memetakan hampir 90
persen gen-gen pembentuk manusia, manusia tetaplah sebuah misteri.
Keberadaan Hawa (Eva) yang menemani Adam, sebagaimana diceritakan
dalam kitab-kitab suci, juga sebuah misteri. Apa perlunya Hawa, bila
otak Adam sanggup mengatasi segala problema? Kecuali, bila perbedaan
itu, sekali lagi, ditilik dari irama kehidupan yang bergulir dan
bergerak dalam keseimbangan. Untuk mengetahui malam, maka harus ada
siang. Seperti juga untuk mengetahui putih, harus ada hitam.#

5 komentar:

  1. oh jadi begitu ya cara berpikir cowok and ceweek ....

    like it ...
    bagiku ini sangat bermanfaat :))
    bgus bgus bangeeeeeeeet postingan kamu meda

    BalasHapus
  2. @chamy: makasi yah
    @errien : okeh , makasih
    @all : mohon saran dan kritik nya ya

    BalasHapus